12/27/2009

Prajab Kenangan Tak Terlupakan

Prajab 30 Agustus-12 September 2009 adalah kenangan yang terindah yang sulit terlupakan. Saat-saat segala rasa bercampur aduk menjadi satu. Ada rasa bahagia, lucu, menjengkelkan, menggemaskan, menakutkan, menantang, dan lain-lain.

Perasaan bahagia ku rasakan saat itu adalah dengan tempatnya. Bogor kota sekian lama menjadi impianku akhirnya aku bisa disana, meski untuk semantara waktu. Tidak apa-apa. Selanjutnya aku bahagia, di sana aku bertemu nyata denga teman2 yang biasa hanya ku dengar suara, ku terima pesan, tetapi kini nyata kami dapat berinteraksi meski memanfaatkan sisa2 waktu. Selanjutnya aku sungguh aku bahagia dan sungguh surprise dengan kebersamaan yang terbentuk di sana. Disana aku seperti melihat miniatur sebuah pemerintahan impian di masa depan. Dimana, bibit2 pemimpin muda harapan yang ikhlas dan sungguh2, ditambah semua anggota taat pada komando pemimpin dan yang terpenting kebersamaan di atas segalanya. Lulus satu lulus semua, dan sebaliknya. Tidak ada yang berusaha lebih unggul. Kalaupun ada dengan cara yang benar. Dan terakhir keindahan itu ku rasa dalam waktunya pada bulan Ramadhan, meski sholat tarawih harus diantara waktu yang sibuk, dan membaca Al Qur'an pun harus pandai2. Tetapi karena perjuangan yang begitu berat, disitulah letak indahnya.

Lucu, memang momen itu begitu lucu bagiku. Sangat lucu sekali.
Pada suatu hari, tepatnya dalam minggu menjelang berakhirnya acara diklat prajabatan. Tepatnya di puncak2 keletihan. Seperti biasa aku sholat zhuhur di kamarku. Ya, kebetulan waktu istirahat cuma 1 jam dari jam 12 sampai jam 1 aku bergegas saja sholat ketika sudah adzan. Eh, habis sholat ternyata jam sudah menunjukkan jam 1 kurang 1/4. Tiba2 saja mataku mengantuk sekali, capek luar biasa kurasakan. Tanpa mampu menahan kantuk dengan pakaian yang sudah lengkap ternyata aku tertidur pulas. Dan tiba2 aku terbangun kembali dan jarum jam sudah jam 5. Wah, spontan aku kaget luar biasa. Lebih dari 2 jam pelajaran berlalu. Padahal, dari semua total pelatihan cuma 2 jam toleransi. Kalau aku tidak salah. Terus kalau habis sekarang, gimana nanti ada hal2 yang tak terduga pikirku waktu itu. Bisa2 tidak lulus aku. Hihihihi..... Tidak terbayangkan paniknya aku waktu itu.

Dalam kepanikan tak sengaja mataku kembali menoleh ke jam yang ada di dinding. Astaughfirullah, ternyata jam 5 itu penunjukan dari jarum jam yang panjang sedangkan jam pendeknya baru jam 2. Alhamdulillah dengan harapan yang tersisa aku kembali ke kelas, pelajaran sudah lama dimulai. Telah dibentuk kelompok2 belajar. Alhamdulillah ibu widyaiswaranya tidak ketat waktu itu, aku bisa masuk dengan leluasa, teman2 saja yang geleng2 kepala melihat kebingunganku.
Karena kejadian itu, hari2 berikutnya ketika aku belum datang dari jam semestinya, teman piketku selalu datang menjemput. Ya menjemput ke kediaman semantaraku. Setia kawan. Kejadian yang sering membuatku tertawa, jika aku tidak segera sadar. Subhannallah.


Selanjutnya ada juga kejadian yang menjengkelkan aku waktu itu. Waduh, tak pernah terbayangkan sebelumnya kalau aku yang telah lama berusaha untuk berpakaian selayaknya muslimah, dan menjaga diri semampuku di depan umum. Ternyata disana, bukan sekedar olah raga tetapi gerakan tubuh harus aku jalani. Sungguh sangat asing bagiku di depan ratusan kaum adam. Tetapi harus bagaimana, tuntutan dan aku juga tidak mau dibilang kaku, harus ku jalani dengan memakai muka badak walau mungkin badaknya juga tidak suka aku minjam muka dia. Karena bisa jadi dia juga malu. hehehehhe.....,

Terakhir ada yang menakutkan juga aku rasakan. Tidak terlalu, tetapi cukup menakutkan.
Kenapa?. Ternyata selama pelatihan, fisikku sering kali meriang dan deman secara tiba-tiba. Tetapi bagaimana, harus sehat. Dengan berusaha minum susu beruang dan bertekad untuk sehat dengan do'a, alhamdulillah Allah bimbing aku bisa lulus dengan prediket baik sekali di diklat prajabatan itu. Alhamdulillah.

12/18/2009

Tahun Baru Semangat Baru; Inspirasi Masa Lalu

Semangat!
Satu kata itu yang hanya ingin ku ingat ini. Aku ingin bangkit dari semua. Bangkit dan bangkit.

Entah mengapa, tadi malam ketika seorang teman cewekku meneleponku, senangnya hatiku. Dia menanyakkan kabarku, bergurau, membuatku tertawa. Tetapi, entah mengapa di akhir kata... ada beberapa kalimat yang membuatku tersendat.

Kondisi yang begitu heboh, menjadi hening ketika suaranya terhenti, teleponnya berhenti.. Malam itu ku coba untuk menengadahkan hatiku kepada-Nya kembali. Yakinkan hati akan takdir-Nya. Semangat!

Berbicara tentang semangat baru dan tahun baru, mungkin hari ini adalah moment yang tepat bagiku untuk berbenah diri. Hari ini Tahun Baru Islam 1431 H, yang seharusnya begitu gemilang dirayakan umat Islam sedunia. Dan hari ini aku merasa begitu lebih baik dari sebelumnya dalam hal kesehatanku. Ya, semangat!!!!!!

Berbicara tentang Tahun Baru Semangat Baru dengan Bercermin dari Masa Lalu, entah mengapa aku begitu tertarik menulisnya hari ini. It's very wonderful for me. Mungkin bakat menulis yang tak kesampaian, yang membuat aku seperti ini. Dari SD, aku sudah mencoba menulis diari. Ya, tulisan pribadi yang masih layak dibaca pribadi saja.

Masa lalu, ya masa laluku mungkin berbeda bahkan unik menurutku.Karena manusia diciptakan memang berbeda Ada fase pra sekolah, sekolah, kuliah, dan dunia setelah
kuliah, dan kerja.

Masa Pra Sekolah

Jujur aku secara pasti aku tidak bisa menggambarkan bagaimana kondisiku dulu sebelum aku sekolah. Tetapi yang aku tahu sampai sekarang adalah, ketika aku berumur 4 tahun menurut tetanggaku, aku pernah tenggelam di sungai. Ketika mandi-mandi, ternyata ka2kku tidak sadar kalau aku juga ikut. Padahal aku belum bisa berenang. Saat itu aku tak sadarkan diri, ayahku panik dan ibuku begitu cemas dan ketakutan. Ya, alhamdulillah Allah masih memberi aku umur panjang. Kondisi yang mustahil untuk bertahan untuk ukuran anak kecil, ternyata aku selamat.

Selain itu, kenangan pra sekolah yang paling berkesan bagiku adalah ketika aku dan seorang adikku harus ikut ke kebun dengan ayahku. Bermain, yang bermain. Begitu ceria dan terlalu indah untuk dikenang. Hari2 tanpa beban, tanpa masalah. Yang ada hanya keceriaan dalam kesederhanaan.

Selain itu, masa pra sekolah ini aku juga sudah belajar menggembalakan sapi-sapiku. Meski waktu itu aku baru ikut-ikutan dengan kakakku sesudah beliau pulang sekolah. Tetapi tidak apa2 Akhirnya aku terbiasa dan bisa menjadi generasi penerus dalam urusan itu.

Masa Sekolah

Berbeda dengan kebanyakan anak lainnya, di masa sekolah ini aku langsung belajar di sekolah dasar (SD) tanpa melalui taman kanak-kanak (TK). Ya, seperti itu yang terjadi umumnya di daerahku. Menjalani masa - masa SD ini di awal2 sekolah ternyata nilaiku rata-rata 10 besar. Kadang rangking 7, rangking 9 bahkan pernah rangking 11 ketika aku kelas II dengan dibumbui 1 cabe merah. Hehehe...
Namun ketika aku naik kelas III nilai ku semakin naik, rangking 4, 3, dan berlanjut rangking 2. Selanjutnya dari kelas IV sampai tamat SMA, alhamdulillah predikat rangking 1 selalu aku raih. Meski tidak sekolah di sekolah favorit alias cuma tingkat kecamatan tetapi aku tetap bahagia untuk setiap prestasi yang pernah aku raih baik SD, SMP, maupun SMA aku selalu meraih nem tertinggi diangkatanku. Pernah ikut lomba matematika, kreatifitas siswa, dan lain-lain. Sampai akhirnya aku masuk di salah satu universitas negeri di daerahku dengan tanpa tes alias PMDK. Jurusan pilihan yang aku pilih dari sekiat banyak pilihan.

Mungkin beberapa hal yang menjadi catatan di masa sekolahku ini. Ketika ini sungguh aku begitu merasa kutu buku, super serius, agak tertutup, dan terkadang sedikit egois. Namun meski begitu, alhamdulillah aku tetap menjalani hari2ku seperti teman yang lain meski tidak berlebihan.

Masa Kuliah

Seperti berubah 180 derajat, dimasa-masa kuliah itu tidak aku jalani layaknya di masa sekolah. Mungkin karena jenuh, atau mungkin aku menemukan ketertarikan yang baru, diawal2 kuliah aku sudah tertarik mengamati organisasi2 di kampus. Tidak terlalu fokus pada belajar dan tidak juga terlalu cuek. Akhirnya di tahun ke-2 kuliahku aku telah mengikuti dan terlibat sebagai pengurus di organisasi remaja mesjid di kampusku. Sungguh aku merasakan kesejukkan disini. Kesejukkan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Sambil menjalani kuliah, di tahun-tahun berikutnya takdir mengantarkanku pada organisasi-organisasi besar di kampusku. Kadang harus pulang telat, kadang harus rapat disela-sela kuliah,kadang harus lembur, kadang harus demo, dan lain-lain. Menjadi kenangan indah tak terlupakan dengan teman dan saudara seperjuangan.

Sungguh, aku merasa waktu itu menjadi wanita yang kuat. Bisa melakukan hal-hal bermanfaat lain disela-sela kuliah. Menjalani lebih dari dari satu organisasi sekaligus disela-sela padatnya kuliah dan praktikum. Belum lagi juga harus les, dan lain2. Tetapi sungguh itu ku nikmati, semoga itu bernilai dakwah dan amal sholeh disisiNya. Aamiin.

Alhamdulillah nilaiku tidak terlalu menjolok. Nilaiku tetap berada di atas rata-rata meski tidak tinggi. Cukup untuk bekal mencari kerja.


Masa Kerja.

Alhamdulilah, setahun dari ketamatanku aku bisa meraih kerja sesuai dengan ilmu yang telah aku jalani selama di kampus. Alhamdulillah aku bisa menyenangkan orang tuaku, saudaraku, dan orang-orang yang aku sayangi. Meski menjadi wanita karir itu berat, tetapi ini adalah tantangan, perjuangan yang merupakan rahmat dari Allah Subhannahu Wa Ta'ala. Senantiasa bersyukur, semoga Allah selalu menambah nikmatNya dengan menyegerakan nikmat yang lain. Aamiin.

11/30/2009

Berharganya Nikmat Sehat

"Nikmat sehat", dua kata yang begitu ringan dan begitu mudah bibir kita menyatakannya. Tetapi bagaimana dengan tiga kata ini"Berharganya Nikmat Sehat". Mungkin juga masih begitu ringan dan begitu mudah untuk diucapkan bagi kita yang belum merasakan betapa berharganya nikmat sehat atau belum merasakan sakit yang tidak biasa alias lama.

Ternyata itulah yang ku rasakan kini. Berharganya Nikmat Sehat adalah tiga kata yang begitu kuyakini kebenarannya.

Mengapa demikian? Ya karena untuk pertama kalinya aku merasakan sakit yang tidak biasa dan begitu lama ini. Tifus. Ya, penyakit tifus yang merupakan penyakit kebanyakan orang, tidak pilih orang apakah dia orang kaya, miskin, menengah. Juga penyakit yang tidak memandang umur, apakah tua, muda, bahkan anak-anak sekalipun.

Menurut yang aku tahu apakah dari dokter, situs-situs kesehatan, juga dari kabar-kabar orang kebanyakan, tifus adalah penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyfosa. Indikasi adanya penyakit ini dengan badan panas secara terus menerus juga disertai dingin, lidah memutih seperti kotor, kepala pusing, kadang-kadang mual dan pada tingkatan tertinggi disertai dengan perut sakit secara terus menerus. Dan yang terpenting adalah tes widal yang menunjukkan angka positif dengan batas tertentu.


Selanjutnya yang aku tahu juga dari mereka, penyakit ini biasanya disebabkan karena kondisi makan yang kurang baik(kurang teratur, kurang steril, kurang banyak, pokoknya kurang semua), keletihan (kurang istirahat), banyak pikiran, dan lain - lain.

Lalu bagaimana denganku, yang manakah dari semua itu yang menyebabkan aku mengalami penyakit ini yang menyebabkan aku harus istirahat lebih dari dua bulan lamanya. Jika aku boleh menyimpulkan, hampir semua penyebab itu ada padaku. Kecuali mungkin makan, untuk makan aku termasuk orang yang mudah jijik, kebersihan adalah yang utama. Juga kondisi tinggal jauh dari orang tua membuatku lebih teratur makan, kurang jajan, karena kondisi tempat tinggal juga tidak memungkinkan seperti itu. Allahu'alam.

Untuk banyak pikiran, setelah ku coba mereplai memori di hatiku mungkin memang benar aku terlalu banyak pikiran. Kenapa begitu, setiap kali ada orang yang menjengok atau menanyakan kabarku selalu saja berpesan jangan banyak pikiran, jangan banyak pikiran. Selalu itu yang menjadi pesan mereka termasuk keluarga intiku (kakak-kakakku) juga teman-teman di kantorku.

Lalu apakah pikiranku itu, mungkin terlalu komplit dan pelit untuk dipaparkan.Mungkin juga aku yang berlebihan. Yang jelas, permasalahan keluarga yang terkadang juga cukup pelit jika dipikirkan. Selanjutnya kondisi kerja, mengapa semakin ku jalani pekerjaan ku yang sekarang ini aku semakin bingung. Dulu ketika awal aku memasuki instansi itu begitu jelas apa yang harus ku kerjakan. Bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawab. Tetapi mengapa, kondisinya seperti kita yang mencari kerja, kita yang membutuhkan kerja. Bukankah kita direkrut dan digaji untuk pekerjaan yang sudah jelas. Kenapa tidak langsung diarahkan saja ke pekerjaan tersebut. Insya Allah prinsip "kami dengar dan kami taat" masih bisa berlaku. Juga mungkin ada masalah-masalah lain; pernikahan, gempa, dan lain-lain yang terkadang juga menyita pikiran.

Terus bagaimana dengan keletihan, benarkah keletihan juga mengambil peranan penting dalam sakitku ini? aku pikir benar juga adanya.

Mungkin aku tidak perlu mengungkit kesibukanku sejak setahun yang lalu ketika aku harus menjadi cad salah satu ppi. Keputusan berat yang harus ku terima. Tetapi setidaknya itu seharusnya menjadi perbandingan bagiku. Begitu sibuknya aku satu bulan itu, mengurus semua persyaratan yang harus diurus sendiri, mengendarai motor sampai bolak balik kadang juga harus menembus hujan karena deadline waktu yang mepet. Belum lagi tekanan-tekanan mental apakah dari luar ppi atau bahkan di dalam ppi itu sendiri. Sungguh mungkin lelah lahir bathin, tetapi subhannallah aku tidak sakit bahkan demanpun tidak.

Lalu bagaimana dengan kesibukanku kini yang mungkin juga turut andil atas sakitku. Memang tidak dapat dipungkiri tidak lama dalam masa kerjaku, aku harus DL ke NTB jarak yang begitu jauh dan asing untuk ukuran aku yang baru, dan itu bertepatan dengan bulan ramadhan, tidak berselang harus lpj ke bogor, dan tidak berselang juga harus pergi ke Palembang yang begitu menyita banyak tenaga, end then gempa menyusul meluluhlantakan negeriku yang menjadi start awal dari sakitku.Lelah lahir bathin.

Satu hal yang mungkin terlupakan, adalah sunnatullah. Tidak selamanya kita sehat, pasti ada sakitnya. Begitu juga sebaliknya.

Tetapi sudahlah, kembali ke bahasan awal. Sungguh ketika istirahat sakit, tidak ada yang lain yang bisa ku lakukan. Sakit yang telah membuatku berhenti dari semua rutinitas kerjaku, membuat orang tuaku dan seluruh keluarga resah harus ku jalani dengan berbaring diam. Karena itulah kata dokter, istirahat total dengan berbaring, berdiri hanya untuk aktivitas sholat, makan, dan ke toilet. Mengkonsumsi makanan yang lunak, tidak pedas, tidak berbumbu, tidak keras, dan lain-lain. Jika tidak, usus dipaksakan untuk bekerja dan itu berbahaya, membuat usus rusak. Sungguh hal yang berat bagiku yang tidak biasa diam.


Tetapi sungguh di balik semua ini, ku coba untuk menata hati memetik hikmah dari setiap kejadian ini,

pertama, dengan sakit aku begitu memahami betapa besarnya nikmat sehat, dengan begitu untuk selanjutnya mudah-mudahan aku akan menjaga makanan/nutrisi, pikiran lebih ditata, dan istirahat yang cukup.

kedua, ketika sakit mulai dari kejadian awal gempa sampai kondisi penyembuhanku secara bergantian semua kakakku pulang dari seberang. Mungkin bukan spesial untukku mereka pulang, tetapi sungguh ketika sakit, berada di rumah kerinduan yang begitu lama terpuaskan dengan tanpa batas.

Ketiga, aku harus bisa menerima kenyataan dengan kondisi kerjaku sekarang. Bekerja sesuai kebutuhan kantor. Bekerja ikhlas dan sungguh-sungguh. Insya Allah ini yang terbaik bagiku.

Keempat, sakit ini ujian untuk menguji kesabaranku. Kenapa demikian, ketika sakit ku harus sabar menahan, ketika bosan ku harus sabar menghibur diri, dan ketika ingin sekali beraktifitas dokter dan kondisi belum mengizinkan.

Kelima, mengajarkan untuk lebih peduli. Ketika sakit sungguh ku begitu ingin diperhatikan, ingin lebih disayangi,ingin dimanja, dll.

Insya Allah banyak hikmah dari semua ini, dan satu hal yang ku yakini sampai hari ini pasti ada hikmah yang lebih indah dibalik ini yang akan diturunkan oleh Allah Subhannahu Wa' Ta'ala untuk ku. Semoga hikmah itu ku raih. Aamiin.

11/15/2009

Sabar

Kesabaran merupakan salah satu induk dari akhlak terpuji seperti yang diutarakan oleh M. Anis Matta dalam bukunya Membentuk Karakter Cara Islam.

Dalam aplikasinya, kesabaran akan melahirkan sifat yang tenang, konsisten, pengendalian diri, lembut, santun, dan mampu menjaga rahasia.

Selain itu dalam Al-Qur'an jelas dinyatakan selain sholat, sabar adalah sebaik-baik penolong. Demikian juga sabar juga menunjukkan kualitas iman seseorang, karena sabar adalah salah satu sifat orang beriman.

Semoga Allah membimbing kita menjadi orang yang sabar, senantiasa berkumpul dengan orang yang sabar. Aamiin.