Malu adalah sifat yang membuat kita enggan untuk melakukan sesuatu. Ia merupakan benteng yang cukup kokoh untuk menahan kita melakukan hal-hal yang tidak baik. Kita menahan diri untuk tidak meminta-minta karena kita malu. Kita tidak mengambil hak orang lain karena kita malu. Malu menjadi bagian dari pengendalian diri. Karena itulah, maka Rasulullah saw menegaskan kepada kita,"Malu itu sebagian dari iman."
Andai kita merasa malu untuk berlari dijalanan dengan tubuh tanpa buasana maka kita tidak akan melakukannya. Itu pasti. Kecuali jika kita sudah kehilangan akal sehat; maka apapun tidak akan membuat kita malu.
Tapi itu karena kita malu kepada sesama manusia. Maka bayangkan saja, kalau seandainya rasa malu itu kemudian kita gunakan pula untuk malu kepada Allah swt. Kita tanamkan dalam diri kita rasa malu kepada-Nya jika harus berkeluh kesah; malu karena menuduh ada sesuatu yang salah dalam takdir-Nya; atau malu karena menyalahkan nasib atas semua yang kita alami. Padahal banyak bukti bahwa keluahan yang kita lontarkan selalu bersumber kepada kurangnya rasa syukur kita atas semua capaian yang sudah kita raih. Itulah sebabnya, mengapa�mengeluh� itu bukan monopoli orang susah saja. Orang yang kaya dan sukses pun ada yang sangat terampil mengeluh. Pemimpinpun ada yang hobi mengeluh, padahal jika bertukar posisi belum tentu mereka akan berhenti mengeluh.
Ketika kita sungguh-sungguh berterimakasih atas sebuah berkah, maka kita tidak akan mengeluh manakala tengah diuji dengan sebuah situasi sulit. Sebaliknya, kita semakin berterimakasih karena ternyata nikmat yang dulu pernah didapat itu begitu bernilai. Dan ketika kita begitu khusyuknya bersyukur, kita lupa untuk mengeluh. Bahkan, sekalipun kita ingat; kita tidak jadi mengeluh. Karena, kita malu untuk mengeluh. Oleh karenanya, yang terucap dan diperbuat tidak lain adalah ungkapan penghargaan atas semua kenikmatan yang telah Allah anugerahkan. Sekalipun Allah tengah menguji kita, tetapi kita merasa malu mengeluh. Lalu kembali berterimakasih, bahkan ketika tengah berada dalam ujian. Pantaslah jika semakin hari, dia semakin disayang oleh Allah swt.
Tarbawi 229 Th.11 Jumadil Akhir 1431 H/ 3 Juni 2010
Kecantikan yang hakiki lahir dari hati yang bersih, tergambar dari akhlak yang mulia, dan terbentuk dari kecerdasan akal
6/24/2010
6/20/2010
Damba Cinta-Mu
Oleh Raihan
Tuhanku ampunkanlah segala dosaku
Tuhanku maafkanlah kejahilan hambaMu
Ku sering melanggar laranganMu
Dalam sedar ataupun tidak
Ku sering meninggalkan suruhanMu
Walau sedar aku milikMu
Bilakah diri ini �kan kembali
Kepada fitrah sebenar
Pagi kuingat petang kualpa
Begitulah silih berganti
Oh Tuhanku,
Kau pimpinlah diri ini
Yang mendamba CintaMu
Aku lemah aku jahil
Tanpa pimpinan dariMu
Ku sering berjanji di depanMu
Sering jua ku memungkiri
Ku pernah menangis keranaMu
Kemudian ketawa semula
Kau pengasih
Kau penyayang
Kau pengampun
Kepada hamba-hambaMu
Selangkah ku kepadaMu
Seribu langkah Kau padaku
Tuhan,
Diri ini tidak layak ke surgaMu
Tapi tidak pula aku sanggup ke nerakaMu
Kutakut kepadaMu
Ku mengharap jua padaMu
Mogaku �kan selamat dunia akhirat
Seperti rasul dan sahabat
Seperti rasul dan sahabat
Tuhanku ampunkanlah segala dosaku
Tuhanku maafkanlah kejahilan hambaMu
Ku sering melanggar laranganMu
Dalam sedar ataupun tidak
Ku sering meninggalkan suruhanMu
Walau sedar aku milikMu
Bilakah diri ini �kan kembali
Kepada fitrah sebenar
Pagi kuingat petang kualpa
Begitulah silih berganti
Oh Tuhanku,
Kau pimpinlah diri ini
Yang mendamba CintaMu
Aku lemah aku jahil
Tanpa pimpinan dariMu
Ku sering berjanji di depanMu
Sering jua ku memungkiri
Ku pernah menangis keranaMu
Kemudian ketawa semula
Kau pengasih
Kau penyayang
Kau pengampun
Kepada hamba-hambaMu
Selangkah ku kepadaMu
Seribu langkah Kau padaku
Tuhan,
Diri ini tidak layak ke surgaMu
Tapi tidak pula aku sanggup ke nerakaMu
Kutakut kepadaMu
Ku mengharap jua padaMu
Mogaku �kan selamat dunia akhirat
Seperti rasul dan sahabat
Seperti rasul dan sahabat
Subscribe to:
Posts (Atom)